Kamis, 27 Oktober 2011

KTI Ketuban Pecah Dini


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
      Menurut World Health Organization (WHO) bahwa setiap tahunnya wanita yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000 orang. Sebagian besar kematian ibu terjadi di negara berkembang karena kurang mendapat akses pelayanan kesehatan, kekurangan fasilitas, terlambatnya pertolongan, persalinan “dukun” disertai keadaan sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat yang masih tergolong rendah.
      Di Indonesia angka kematian ibu masih tinggi dan  merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat kesehatan masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI)  sebanyak 228/100.000 kelahiran hidup. Dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategi “Empat Pilar Save Motherhood“ meliputi keluarga berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman dan pelayanan obstetrik esensial.
      Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2008 sebanyak 121 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk tahun 2009 jumlah kematian ibu maternal mengalami penurunan menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup. Dan berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2010, Angka Kematian Ibu menurun yang di perkirakan 115 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab kematian yang disebabkan oleh adanya perdarahan sebanyak 54 orang (46,96%), infeksi 2 orang (1,74%),preeklamsi/eklampsia 23 orang (20%),dan lain-lain 36 orang (31,30%).
      Menurut data yang diperoleh dari Medical Record  Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa dengan jumlah persalinan pada tahun 2010 sebanyak 2.738 orang, adapun persalinan dengan Ketuban Pecah Dini sebanyak 101 orang (3,68 %).
      Ketuban Pecah Dini merupakan masalah yang masih kontroversial dalam kebidanan. Penanganan yang optimal dan yang baku belum ada bahkan selalu berubah. Ketuban Pecah Dini merupakan salah satu penyulit dalam kehamilan dan persalinan yang berperan dalam meningkatkan kesakitan dan kematian meternal-perinatal yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi, yaitu dimana selaput ketuban yang menjadi penghalang masuknya kuman penyebab infeksi sudah tidak ada sehingga dapat membahayakan bagi ibu dan janinnya.
      Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasanya dapat di sebabkan oleh multi/grandemulti, overdistensi (hidroamnion, kehamilan ganda), disproporsio sefalo pelvis, kelainan letak (lintang dan sungsang). Oleh sebab itu, Ketuban Pecah Dini memerlukan pengawasan yang ketat dan kerjasama antara keluarga dan penolong (bidan dan dokter) karena dapat meyebabkan bahaya infeksi intra uterin yang mengancam keselamatan ibu dan janinnya. Dengan demikian, akan menurunkan atau memperkecil resiko kematian ibu dan bayinya. (Manuaba, 2008)
      Berdasarkan besarnya angka kejadian Ketuban Pecah Dini maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan dengan memaparkannya lewat Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Asuhan Kebidanan Ny “S” dengan Ketuban  Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa pada tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011 ” sebagai wujud dan perhatian dan tanggung jawab penulis dengan memberikan kontribusi pemikiran yang berkompeten dengan masalah tersebut guna mencari solusi yang terbaik atas permasalahan yang di hadapi pada ibu.

B. Ruang Lingkup Penulisan
      Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Manajemen  Asuhan Kebidanan Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah  Syekh Yusuf Gowa pada tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
C. Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Manejemen Asuhan Kebidanan Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa pada tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011 dengan menggunakan Manajemen Asuhan Kebidanan sesuai dengan kompetensi atau dengan wewenang bidan.
2.    Tujuan Khusus.
a.    Dapat melaksanakan pengkajian dan analisis data Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa pada tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
b.    Dapat merumuskan diagnosa/masalah aktual Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa pada tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
c.    Dapat merumuskan diagnosa/masalah potensial Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
d.    Dapat mengidentifikasi perlunya tindakan segera/kolaborasi Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa pada tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
e.    Dapat menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa pada tanggal 30 Juni s.d 02  Juli 2011.
f.     Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang telah di rencanakan Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa  pada tanggl 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
g.    Dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah pada tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
h.    Dapat melakukan pendokumentasikan semua hasil dan tindakan yang telah diberikaan Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa pada tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011.

D. Manfaat Penulisan
1.    Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan program baik di Depkes, maupun pihak RSUD. Syekh Yusuf Gowa dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program upaya pencegahan Ketuban Pecah Dini.
2.    Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam penerapan proses manajemen asuhan kebidanan dengan Ketuban Pecah Dini.
3.    Menjadi pengalaman berharga yang dapat meningkatkan  pengetahuan, menambah wawasan dan keterampilan dalam proses manajemen asuhan kebidanan dengan Ketuban Pecah Dini.
4.    Merupakan sarana pengembangan ide dan kreatifitas penulis dalam mengembangkan potensi pribadi dan profesi kebidanan.

E. Metode Penulisan
      Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai berikut :
1.    Studi Kepustakaan
Membaca dan mempelajari buku-buku atau literature yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam pembahasan karya tulis ini, serta mengakses data melalui internet dan mempelajari karya tulis yang ada.
2.    Studi Kasus
Melaksanakan studi kasus Ny ”S” dengan pendekatan asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah Varney yaitu :identifikasi dan analisa data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual, identifikasi diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi, perencanaan pelaksanaan, evaluasi asuhan kebidanan dan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan.
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan yaitu :
a.    Anamnesa/wawancara
Tanya jawab yang dilakukan pada klien secara langsung, suami, keluarga, dan tenaga kesehatan yang dikamar bersalin yang dapat membantu dan memberikan keterangan atau informasi yang dibutuhkan dalam pemberian asuhan kebidanan.
b.    Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari kepala sampai kaki (head to toe) dengan tekhnik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mendapatkan data yang objektif mengenai keadaan pasien.
c.    Pengkajian Psikologis
Pengkajian psikologis klien untuk mengetahui status emosional, pola  interaksi klien dengan keluarga serta tenaga kesehatan yang memberikan asuhan, pandangan klien tentang masalah yang sedang dihadapinya  dan pengetahuan klien tentang kesehatan.  
3.    Studi Dokumentasi
Membaca dan mempelajari status yang berhubungan dengan keadaan klien yang bersumber dari catatan dokter, bidan, perawat, petugas laboratorium dan hasil penunjang lainnya.
4.    Kasus
Mengadakan konsultasi dengan bidan, dokter, yang menangani klien serta pembimbing karya tulis ilmiah mengenai masalah yang dialami klien yaitu Ketuban Pecah Dini.

F. Sistematika Penulisan
      Untuk memperoleh gambaran pengetahuan umum tentang Karya Tulis Ilmiah ini, yang terdiri dari  lima bab sebagai titik tolak pembahasan. Dalam karya tulis ini dapat dilihat secara garis besar tentang sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
B.   Ruang Lingkup Penulisan
C.   Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
2.    Tujuan Khusus
D.   Manfaat Penulisan
E.   Metode Penulisan
F.    Sistematika Penulisan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A.   Konsep Dasar Tentang Persalinan
1.    Pengertian persalinan
2.    Sebab-sebab terjadinya persalinan
3.    Tanda permulaan  persalinan
4.    Tanda dan gejala in partu
5.    Tahap persalinan
6.    Mekanisme persalinan
B.   Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini
1.    Pengertian Ketuban Pecah Dini
2.    Etiologi Ketuban Pecah Dini
3.    Faktor Lain Yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini
4.    Diagnosa Ketuban Pecah Dini
5.    Insidensi Ketuban Pecah Dini
6.    Komplikasi Ketuban Pecah Dini
7.    Patofisiologi Ketuban Pecah Dini
8.    Penanganan Ketuban Pecah Dini   
C.   Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
1.    Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
2.    Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan
3.    Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
BAB III. STUDI KASUS
      Menerapkan hasil laporan studi kasus sesuai dengan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari 7 langkah Varney yaitu:
Langkah I                        Pengkajian dan Analisa Data Dasar
Langkah II           Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual
Langkah III          Merumuskan Diagnosa / Masalah Potensial
Langkah IV         Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi
Langkah V          Rencana Asuhan Kebidanan
Langkah VI         Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Langkah VII        Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan
BAB IV  PEMBAHASAN
      Pada bab ini, diuraikan tentang kesenjangan antara teori dan fakta yang telah di dapatkan di lahan praktek pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan kasus Ketuban Pecah Dini.
BAB V PENUTUP
A.   Kesimpulan
B.   Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Konsep Dasar Tentang Persalinan
1.    Pengertian Persalinan
a.    Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu, yang terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setalah 37 minggu) tanpa disertai penyulit yang di mulai sejak  uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhirnya dengan lahirnya plasenta secara lengkap. (Winkjosastro, H. 2008)
b.    Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi yang dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai dengan perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. (Varney, H. 2007)
c.    Persalinan normal adalah persalinan yang berjalan dengan kekuatan sendiri  dengan spontan dalam bentuk belakang kepala, aterm dan hidup. (Manuaba, 2008)
d.    Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.(Wiknjosastro ,H. 2007)

2.    Sebab-sebab Terjadinya Persalinan (Winkjosastro, H. 2010)
a.    Penurunan kadar hormone
Beberapa saat sebelum partus terjadi penurunan kadar hormone progesterone dan estrogen. Sehingga otot-otot rahim sensitife terhadap oksitosin. Penurunan kadar progesterone pada tingkat tertentu menyebabkan otot rahim mulai berkontraksi.
b.    Stimulasi atau rangsangan hormone oksitosin
Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan mengakibatkan aktifitas oksitosin meningkat dan kontraksi Braxton Hicks sering terjadi, sehingga persalinan dapat dimulai.
c.    Teori keregangan otot rahim
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Apabila batas tersebut telah terlewati, maka akan terjadi kontraksi, sehingga persalinan dapat dimulai.
d.    Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikal. Bila ganglion ini digeser  dan ditekan atau tertekan kepala janin maka akan timbul kontraksi rahim.
e.    Rangsangan hormone prostaglandin
Menjelang persalinan, diketahui bahwa prostaglandin sangat meningkat sejak usia 15 minggu. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan, pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulakn kontraksi rahim.

3.    Tanda-tanda Permulaan Persalinan (Varney, H. 2007)
a.  Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigraviida. Pada multigravida tidak terlalu kentara.
b.  Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri menurun.
c.   Adanya perasaan sering kencing atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terendah janin.
d.  Perasaan sakit dipinggang dan diperut oleh adanya kontraksi- kontraksi lemah dari uterus.
e.  Seviks menjadi lembek, dan mendatar serta sekresinya mendatar biasa tercampur darah (Bloody show).

4.    Tanda-tanda Inpartu (Winkjosastro, H. 2007)
a.  Penipisan dan pembukaan serviks
b.  Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
c.   Cairan lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina
Adapun faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah :
1)    Kekuatan mendorong janin (Power)
a)    His/kontraksi uterus
b)    Kontraksi otot-otot dinding perut
c)    Kontraksi diafragma pelvis
2)    Faktor janin (Passenger)
3)    Jalan lahir (Passege)
4)    Psikologi ibu
5)    Implantasi plasenta

5.    Tahap-tahap Persalinan (Winjosastro, H. 2007)
a.    Kala Pembukaan (Kala I)
Dimulai dari timbulnya kontraksi uterus atau his persalinan dengan adanya pengaruh terhadap serviks uteri sampai dengan pembukaan lengkap (full dilatation) kira-kira 10 cm.
Kala pembukaan di bagi atas 2 fase yaitu :
1)    Fase laten : di mana pembukaan serviks mulai berlangsung lambat, sampai pebukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
2)    Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase yaitu
a)    Periode akselerasi yaitu berlangsung 2 jam, pembukaan 3 cm, kemudian menjadi 4 cm.
b)    Periode dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam, pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
c)    Periode deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjdi 10 cm atau lengkap
Primigravida : 6-18 jam (rata-rata 13 jam)
Multigravida : 2-10 jam (rata-rata 10 jam)
b.    Kala Pengeluaran (Kala II)
Di mulai sejak pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
1)    Primipara       : 1-2 jam (rata-rata 1 ½ jam)
2)    Multipara       : ½-1 jam (rata-rata 30 menit)
c.    Kala pelepasan dan pengeluaran plasenta (Kala III)
Dimulai sejak bayi lahir sampai dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban yang lengkap.
1)    Primipara : 5-30 menit (rata-rata 15 menti)
2)    Multipara : 5 -30 menit (rata-rata 15 menit)
d.    Kala Pengawasan (Kala IV)
Dimulai sejak lahirnya plasenta dan selaput ketuban sampai keadaan ibu mulai stabil yaitu 1-2 jam setelah persalinan berlangsung.


6.    Mekanisme Persalinan (Manuaba.2008)
a.  Turunnya kepala janin
Yaitu masuknya kepala janin dalam pintu atas panggul atau majunya kepala. Pada ibu primigravida kepala sudah masuk ke pintu atas panggul minggu ke-36 sedangkan pada ibu yang multigravida bersamaan dengan mulainya perslalinan. Penurunan diakibatkan oleh kekuatan kontraksi rahim, kekuatan mengedan dari ibu dan gaya gravitasi.
b.  Fleksi
Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan menekuk  (fleksi). Kekuatan his dan bentuk jalan lahir meyebabkan terjadinya fleksi yaitu menempelnya dagu di dada janin.
c.   Putaran paksi dalam
Usaha janin menyesuaikan kepala dengan jalan lahir sehingga titik putar (hipomoklion) berada tepat di bawah symfisis pubis. Putaran paksi dalam terjadi karena factor kepala janin dan faktor jalan lahir.
d.  Ekstensi
Dengan kekuatan his dan refleks mengejan, terjadi ekstensi kepala janin sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun, dahi, mulut dan dagu. Selanjutnya diikuti oleh persalinan belakang kepala sehingga seluruh kepala janin dapat lahir.

e.  Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala meyesuaikan diri dengan punggung bayi.
f.    Ekspulsi (pengeluaran janin)
Setelah rotasi luar bahu depan sampai di bawah symfisis dan menjadi hypomoclionnya untuk kelahiran bahu belakang menyusul bahu depan dan selanjutnya seluruh badan anak lahir sesuai kurva jalan lahir.
Gambar 1. Mekanisme Persalinan











B. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini
1.    Pengertian Ketuban Pecah Dini
a.    Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda  persalinan mulai dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu.(Manuaba.2008)
b.    Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sebelum ada tanda- tanda persalinan, tanpa memperhatikan usia gestasi dan dapat terjadi kapan saja dari 1-12 jam atau lebih.(Varney, H. 2007)
c.    Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum in partu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten) yang dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.(Nugroho,T. 2010)

2.    Etiologi Ketuban Pecah Dini  (Saifuddin, A.B. 2010)
      Walaupun banyak publikasi tentang Ketuban Pecah Dini, namun penyebab sebelumnya belum diketahui dan tidak dapat di tentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan Ketuban Pecah Dini, namun faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor presdisposisi yaitu :
               a.       Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban biasa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
               b.       Serviks inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri  (akibat persalinan dan kuretase).
Gambar 2. Inkompetensi leher Rahim
Gambar 2. Inkompetensi Leher Rahim

               c.       Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion dan gemeli. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya Ketuban Pecah Dini karena biasanya disertai infeksi.
d.    Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.

3.    Faktor Lain Yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini (Nugroho,T. 2010)
a.      Faktor golongan darah akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
b.      Faktor disproporsi antara kepala janin dan panggul ibu (sevalo pelvic disproporsi).
c.      Faktor multi gravidatis, dimana pada kehamilan yang terlalu sering akan mempengaruhi proses embryogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih tipis yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda inpartu.
d.      Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C).

4.    Diagnosa Ketuban Pecah Dini (Sujiyatini. 2009)
      Menegakkan diagnosa Ketuban Pecah Dini secara tepat sangat penting. karena diagnosa  yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negative palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu, di perlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa Ketuban Pecah Dini di tegakkan dengan cara :
a.    Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas dan perlu diperhatikan warna, keluarnya cairan sebelum ada his atau his belum teratur dan belum ada pengeluran lendir darah.
b.    Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
c.    Pemeriksaan dengan speculum
Pemeriksaan dengan speculum pada Ketuban Pecah Dini akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), apabila belum juga tampak keluar maka fundus uteri di tekan, penderita di minta batuk, mengejan atau mengadakan manuvover valsava atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks anterior.
d.    Pemeriksaan dalam
Didapat cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan toucher perlu di pertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi pathogen. Pemeriksaan dalam vagina yang  dilakukan apabila Ketuban Pecah Dini yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan di batasi sedikit mungkin.
e.    Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Dini
1)    Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau secret vagina.
a)    Tes lakmus (tes nitrazin) yaitu jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru gelap jika kontak dengan bahan yang bersifat basa menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu
b)    Mikroskopik (tes pakis) yaitu memasang speculum steril menggunakan kapas lidi untuk mengumpulkan specimen, baik dari cairan vorniks vagina posterior maupun cairan dari orifisium serviks karena lendir serviks juga berbentuk pakis, hapus specimen pada objek mikroskop dan biarkan seluruhnya kering minimal 10 menit kemudian lihat di bawah mikroskop untuk memeriksa pola pakis.
2)    Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini di maksudkan  untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus ketuban pecah dini terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. (Nugroho, T. 2010)

5.    Insidensi Ketuban Pecah Dini (Manuaba. 2008)
      Insidensi Ketuban Pecah Dini  berkisar antara 5-10 % dari semua kelahiran . Hal  yang menguntungkan dari angka kejadian Ketuban Pecah Dini  yang dilaporkan, bahwa lebih banyak terjadi pada kehamilan cukup bulan dari pada kurang bulan, yang bekisar 70 % sedangkan pada kehamilan kurang bulan terjadi sekitar 30 %.

6.    Komplikasi Pada Ketuban Pecah Dini (Nugroho, T. 2010)
      Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan yaitu :
a.    Infeksi intrauterine
b.    Persalinan prematuritas
c.    Keluarnya tali pusat (prolaps tali pusat)
d.    Hipoksia dan asifiksia

7.    Patofisiologi Ketuban Pecah Dini (Sujiyatini. 2009)
Mekanisme terjadinya Ketuban Pecah Dini yaitu :
a.    Terjadinya pembukaan premature serviks
b.    Membrane terkait dengan pembukaan terjadi :
1)    Devaskularisasi
2)    Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
3)    Jaringan ikat yang menyanggah membrane ketuban makin berkurang
4)    Melemahnya daya tahan ketuban di percepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim proteolitik dan enzim kolagenase.
 (Manuaba. 2008)

8.    Penanganan Ketuban Pecah Dini (Saifuddin, A.B.  2010)
a.    Konservatif
1)    Rawat di rumah sakit dengan tirah baring.
2)    Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
3)    Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, di rawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
4)    Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu tidak ada infeksi, tes busa negative berikan dexametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada umur kehamilan 37 minggu.
5)    Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), dexametason, dan induksi sesudah 24 jam.
6)    Jika usia kehamilan 32-37 minggu ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterine).
7)    Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin,  dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 minggu sehari dosis tunggal selama 2 hari, dexametason I.M 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
b.    Aktif
1)    Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea dapat  pula di berikan misoprostol 25-50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2)    Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri jika :
a)    Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b)    Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan.

C. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
1.    Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
      Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengabilan keputusan yang berfokus pada klien.(Simatupang, E. J. 2008)

2.    Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan
      Proses menejemen asuhan kebidanan adalah suatu proses pemecahan masalah dalam kebidanan menggunakan metode pengorganisasian alur pikir dan tindakan yang akan di lakukan dimana pemikiran atau tindakan tersebut bersifat logis, bukan saja oleh pelaksanan kesehatan akan tetapi juga kepada klien sebagai objek dari proses menejemen asuhan kebidanan tersebut. (Soepardan, S. 2007)
      Proses manajemen kebidanan tersebut terdiri dari langkah- langkah sebagai berikut ;
a.  Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
      Langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan langkah berikutnya. Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien/orang yang menerima asuhan. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber data memberikan informasi paling akurat dan ekonomis,disebut sumber data primer.
b.  Langkah II : Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
      Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atau data-data yang dikumpulkan data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosis keduanya di gunakan karena seberapa masalah tidak dapat di selesaikan seperti diagnosis, tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang di tuangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah yang sering berkaitan dengan wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan masalah ini sering menyertai diagnosis.
c.   Langkah III : Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial
      Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien,bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
d.  Langkah IV : Evaluasi Perlunya Tindakan Segera Kolaborasi
      Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi. Beberapa data menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan secara kolaborasi langkah ini menunjukkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus. Misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
e.  Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan
      Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah sebelumnya langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnose atau masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi. Dilakukan suatu perencanaan supaya apa yang akan kita kerjakan terarah,dilakukan pola fikir dengan langkah sebagai berikut tentukan tujuan tindakan yang dilakukan yang berisi tentang sasaran/target dan hasil yang akan dicapai,selanjutnya ditentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah/diagnosa dan tujuan yang akan dicapai.

f.    Langkah VI : Implementasi Asuhan Kebidanan
      Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah V dilaksanakan secara efesien dan aman. Perencanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan sebagian oleh klien,atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
g.  Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan
      Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah di identifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
      Manajemen kebidanan ini merupakan suatu kontinyu, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuahan yang tidak efektif melalui proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan berikutnya.



3.    Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan (SOAP)
a. Pengertian Dokumentasi
      Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan yang mencatat tentang hasil pemeriksaan, prosedur pengobatan pada pasien, dan pendidikan kepada pasien serta respon pasien terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan.
      Ada lima metode pendokumentasian dan format pencatatan pelaporan yaitu ;
1)  Pencatatan perkembangan secara narasi
2)  Pencatatan berorientasi pada masalah
3)  Problem, intervensi, dan evaluasi
4)  Format pencatatan berdasarkan focus permasalahan
5)  Pencatatan berdasarkan masalah atau abnormalitas
Pendokumentasian asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secara benar, jelas, singkat dan logis dalam suatu metode pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu :
Subjektif (S)              :Menggambarkan pendokumentasian hasil     pengumpulan data dasar klien melalui anamnesa.
Objektif (O)                :Menggambarkan pendokumentasian hasil  pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang merumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan kebidanan.
Assesment (A)          :Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan obkektif.
Planning (P)             :Menggambarkan    pendokumentasian dan tindakan serta evaluasi perencanaan.









    






 



           
                       

7 Langkah  (varney)
5 Langkah (Kompetensi Bidan)

CATATAN SOAP
Data
Data
Subjektif
Objektif
Masalah/Diagnosa
Assesment/
Diagnosis
Asasment/
Diagnosa
Antisipasi masalah potensial/Diagnosa lain
Menetapkan kebutuhan Segera untuk Konsultasi, Kolaborasi

Rencana:
Ø  Konsul
Ø  Tes Diagnosik/Lab
Ø  Rujukan
Ø  Pendidikan/ Konseling
Perencananaan
Perencanaan
Implementasi
Implementasi

Evaluasi
Evaluasi

                                     
Gambar 3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
        (Sumber : Varney, H. 2007)

BAB III
STUDI KASUS

      Pada bab ini, penulis membahas tentang asuhan yang akan di berikan kepada Ny ”S” berdasarkan teori dan asuhan nyata dengan pendekatan proses manajemen kebidanan yang menggunakan langkah Varney yang di lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa melalui tahap-tahap berikut dari tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
No. Register                          : 24 84 98
Tanggal Masuk RS.             : 30 Juni 2011, pada pukul 10.20 wita
Tanggal Partus                     : 30 Juni 2011, pada pukul 15.10 wita
Tanggal Pengakajian         : 30 Juni 2011, pada pukul 10.20 wita

KALA I
A.   LANGKAH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR
1.    Identitas Istri/Suami
Nama                         : Ny “S”/Tn “B”
Umur                          : 36 tahun/40 tahun
Nikah/Lamanya       : 1 kali/± 9  tahun
Suku                          : Bugis/Makassar
Agama                       : Islam/Islam
Pendidikan               : SMA/SD
Pekerjaan                  : IRT/Buru Harian
Alamat                       : Campagayya
2.    Data Biologis
Keluhan : Ibu mengatakan ada pengeluaran air ± 2 sarung dirumah dan dirasakan sejak tanggal 30 Juni 2011, pada  pukul 08.05 wita
3.    Riwayat Kehamilan Sekarang
a.    G IV PIII Ao.
b.    HPHT tanggal 5 Oktober 2010.
c.    Umur kehamilan 38 minggu 2 hari.
d.    Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke empat, dan tidak pernah mengalami keguguran.
e.    Ibu sudah mendapatkan suntikan imunisasi Tetanus Toxoid sebanyak 2 kali di RSUD. Syekh Yusuf Gowa.
f.     Ibu mengatakan pergerakan janinnya kuat di sebelah kiri dan mulai di rasakan pada bulan Maret 2011.
g.    Ibu memeriksakan kehamilannya secara teratur, sebanyak 6 kali di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa.
h.    Ibu mengatakan selama hamil mengkonsumsi obat-obatan tablet Fe, dan Vitamin yang diberikan oleh petugas kesehatan.
4.    Riwayat Reproduksi
a.    Menarche umur 12 tahun
b.    Siklus haid 28-30 hari
c.    Durasi haid 5-7 hari