BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Menurut World
Health Organization (WHO) bahwa setiap tahunnya wanita yang bersalin meninggal
dunia mencapai lebih dari 500.000 orang. Sebagian besar kematian ibu terjadi di
negara berkembang karena kurang mendapat akses pelayanan kesehatan, kekurangan
fasilitas, terlambatnya pertolongan, persalinan “dukun” disertai keadaan sosial
ekonomi dan pendidikan masyarakat yang masih tergolong rendah.
Di Indonesia angka kematian
ibu masih tinggi dan merupakan masalah yang
menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat kesehatan
masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menurut hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 228/100.000 kelahiran hidup. Dalam
upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi
strategi “Empat Pilar Save Motherhood“ meliputi keluarga berencana, pelayanan
antenatal, persalinan yang aman dan pelayanan obstetrik esensial.
Jumlah kematian ibu maternal yang
dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2008
sebanyak 121 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk tahun 2009 jumlah kematian ibu
maternal mengalami penurunan menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup. Dan berdasarkan
data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun
2010, Angka Kematian Ibu menurun yang di perkirakan 115 per 100.000 kelahiran
hidup dengan penyebab kematian yang disebabkan oleh adanya perdarahan sebanyak
54 orang (46,96%), infeksi 2 orang (1,74%),preeklamsi/eklampsia 23 orang
(20%),dan lain-lain 36 orang (31,30%).
Menurut data
yang diperoleh dari Medical Record Rumah
Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa dengan jumlah persalinan pada tahun 2010
sebanyak 2.738 orang, adapun persalinan dengan Ketuban Pecah Dini sebanyak 101
orang (3,68 %).
Ketuban Pecah Dini merupakan masalah yang masih kontroversial dalam
kebidanan. Penanganan yang optimal dan yang baku belum ada bahkan selalu
berubah. Ketuban Pecah Dini merupakan salah satu penyulit dalam kehamilan dan
persalinan yang berperan dalam meningkatkan kesakitan dan kematian
meternal-perinatal yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi, yaitu dimana
selaput ketuban yang menjadi penghalang masuknya kuman penyebab infeksi sudah
tidak ada sehingga dapat membahayakan bagi ibu dan janinnya.
Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasanya dapat di sebabkan oleh
multi/grandemulti, overdistensi (hidroamnion, kehamilan ganda), disproporsio sefalo pelvis, kelainan
letak (lintang dan sungsang). Oleh sebab itu, Ketuban Pecah Dini memerlukan
pengawasan yang ketat dan kerjasama antara keluarga dan penolong (bidan dan
dokter) karena dapat meyebabkan bahaya infeksi intra uterin yang mengancam
keselamatan ibu dan janinnya. Dengan demikian, akan menurunkan atau memperkecil
resiko kematian ibu dan bayinya. (Manuaba, 2008)
Berdasarkan besarnya angka kejadian Ketuban Pecah Dini maka penulis
tertarik untuk mengkaji permasalahan dengan memaparkannya lewat Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “ Asuhan Kebidanan Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh
Yusuf Gowa pada tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011 ” sebagai wujud dan perhatian
dan tanggung jawab penulis dengan memberikan kontribusi pemikiran yang
berkompeten dengan masalah tersebut guna mencari solusi yang terbaik atas
permasalahan yang di hadapi pada ibu.
B.
Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Manajemen Asuhan Kebidanan Ny “S” dengan Ketuban Pecah
Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh
Yusuf Gowa pada tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
C. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Dapat
melaksanakan Manejemen Asuhan Kebidanan Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini di
Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa pada tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011
dengan menggunakan Manajemen Asuhan Kebidanan sesuai dengan kompetensi atau
dengan wewenang bidan.
2. Tujuan
Khusus.
a. Dapat
melaksanakan pengkajian dan analisis data Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini di
Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa pada tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
b. Dapat
merumuskan diagnosa/masalah aktual Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah
Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa pada tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
c. Dapat
merumuskan diagnosa/masalah potensial Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah
Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
d. Dapat
mengidentifikasi perlunya tindakan segera/kolaborasi Ny “S” dengan Ketuban
Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa pada tanggal 30 Juni s.d
02 Juli 2011.
e. Dapat
menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini
di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa pada tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
f. Dapat
melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang telah di rencanakan Ny “S” dengan
Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa pada tanggl 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
g. Dapat
mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan Ny “S” dengan Ketuban Pecah Dini
di Rumah Sakit Umum Daerah pada tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
h. Dapat
melakukan pendokumentasikan semua hasil dan tindakan yang telah diberikaan Ny
“S” dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa pada
tanggal 30 Juni s.d 02 Juli 2011.
D. Manfaat Penulisan
1.
Sebagai salah satu sumber informasi bagi
penentu kebijakan dan pelaksanaan program baik di Depkes, maupun pihak RSUD.
Syekh Yusuf Gowa dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program
upaya pencegahan Ketuban Pecah Dini.
2.
Sebagai bahan masukan bagi institusi
pendidikan dalam penerapan proses manajemen asuhan kebidanan dengan Ketuban
Pecah Dini.
3. Menjadi pengalaman berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan, menambah wawasan dan keterampilan
dalam proses manajemen asuhan kebidanan dengan Ketuban Pecah Dini.
4. Merupakan sarana pengembangan ide dan kreatifitas penulis
dalam mengembangkan potensi pribadi dan profesi kebidanan.
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini sebagai berikut :
1.
Studi Kepustakaan
Membaca
dan mempelajari buku-buku atau literature yang ada kaitannya dengan masalah
yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam pembahasan karya tulis
ini, serta mengakses data melalui internet dan mempelajari karya tulis yang
ada.
2.
Studi Kasus
Melaksanakan
studi kasus Ny ”S” dengan pendekatan asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah
Varney yaitu :identifikasi dan analisa data dasar, identifikasi diagnosa/masalah
aktual, identifikasi diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera
atau kolaborasi, perencanaan pelaksanaan, evaluasi asuhan kebidanan dan
pendokumentasian hasil asuhan kebidanan.
Tekhnik
pengumpulan
data yang digunakan yaitu :
a.
Anamnesa/wawancara
Tanya jawab yang dilakukan pada klien secara langsung,
suami, keluarga, dan tenaga kesehatan yang dikamar bersalin yang dapat membantu
dan memberikan keterangan atau informasi yang dibutuhkan dalam pemberian asuhan
kebidanan.
b.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari kepala sampai kaki
(head to toe) dengan tekhnik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dan
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk
mendapatkan data yang objektif mengenai keadaan pasien.
c.
Pengkajian Psikologis
Pengkajian psikologis klien untuk mengetahui status
emosional, pola interaksi klien dengan
keluarga serta tenaga kesehatan yang memberikan asuhan, pandangan klien tentang
masalah yang sedang dihadapinya dan pengetahuan klien tentang kesehatan.
3. Studi Dokumentasi
Membaca dan mempelajari
status yang berhubungan dengan keadaan klien yang bersumber dari catatan
dokter, bidan, perawat, petugas laboratorium dan hasil penunjang lainnya.
4. Kasus
Mengadakan
konsultasi dengan bidan, dokter, yang menangani klien serta pembimbing karya
tulis ilmiah mengenai masalah yang dialami klien yaitu Ketuban Pecah Dini.
F. Sistematika Penulisan
Untuk
memperoleh gambaran pengetahuan umum tentang Karya Tulis Ilmiah ini, yang
terdiri dari lima bab sebagai titik
tolak pembahasan. Dalam karya tulis ini dapat dilihat secara garis besar
tentang sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Ruang
Lingkup Penulisan
C. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
Umum
2. Tujuan
Khusus
D. Manfaat
Penulisan
E. Metode
Penulisan
F. Sistematika
Penulisan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep
Dasar Tentang Persalinan
1. Pengertian
persalinan
2. Sebab-sebab
terjadinya persalinan
3. Tanda
permulaan persalinan
4. Tanda
dan gejala in partu
5. Tahap
persalinan
6. Mekanisme
persalinan
B. Konsep
Dasar Ketuban Pecah Dini
1. Pengertian
Ketuban Pecah Dini
2. Etiologi
Ketuban Pecah Dini
3. Faktor
Lain Yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini
4. Diagnosa
Ketuban Pecah Dini
5. Insidensi
Ketuban Pecah Dini
6. Komplikasi
Ketuban Pecah Dini
7. Patofisiologi
Ketuban Pecah Dini
8. Penanganan
Ketuban Pecah Dini
C. Proses
Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen Asuhan Kebidanan
2. Tahapan
dalam Manajemen Asuhan Kebidanan
3. Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan
BAB III. STUDI KASUS
Menerapkan
hasil laporan studi kasus sesuai dengan proses manajemen asuhan kebidanan yang
terdiri dari 7 langkah Varney yaitu:
Langkah I Pengkajian dan Analisa
Data Dasar
Langkah
II Merumuskan Diagnosa / Masalah
Aktual
Langkah
III Merumuskan Diagnosa / Masalah
Potensial
Langkah
IV Perlunya Tindakan Segera /
Kolaborasi
Langkah
V Rencana Asuhan Kebidanan
Langkah
VI Pelaksanaan Tindakan Asuhan
Kebidanan
Langkah
VII Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini, diuraikan tentang
kesenjangan antara teori dan fakta yang telah di dapatkan di lahan praktek pada
pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan kasus Ketuban Pecah Dini.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Tentang Persalinan
1. Pengertian Persalinan
a. Persalinan
adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu,
yang terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setalah 37 minggu) tanpa disertai
penyulit yang di mulai sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhirnya dengan lahirnya plasenta secara lengkap. (Winkjosastro, H. 2008)
b. Persalinan
adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi yang dimulai
dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai dengan perubahan progresif
pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. (Varney, H. 2007)
c. Persalinan
normal adalah persalinan yang berjalan dengan kekuatan sendiri dengan spontan dalam bentuk belakang kepala,
aterm dan hidup. (Manuaba, 2008)
d. Partus
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar.(Wiknjosastro ,H. 2007)
2. Sebab-sebab Terjadinya Persalinan
(Winkjosastro, H. 2010)
a. Penurunan
kadar hormone
Beberapa
saat sebelum partus terjadi penurunan kadar hormone progesterone dan estrogen.
Sehingga otot-otot rahim sensitife terhadap oksitosin. Penurunan kadar
progesterone pada tingkat tertentu menyebabkan otot rahim mulai berkontraksi.
b. Stimulasi
atau rangsangan hormone oksitosin
Menurunnya
konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan mengakibatkan aktifitas
oksitosin meningkat dan kontraksi Braxton Hicks sering terjadi, sehingga
persalinan dapat dimulai.
c. Teori
keregangan otot rahim
Otot
rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Apabila batas tersebut
telah terlewati, maka akan terjadi kontraksi, sehingga persalinan dapat dimulai.
d. Teori
iritasi mekanik
Di belakang
serviks terletak ganglion servikal. Bila ganglion ini digeser dan ditekan atau tertekan kepala janin maka akan
timbul kontraksi rahim.
e. Rangsangan
hormone prostaglandin
Menjelang
persalinan, diketahui bahwa prostaglandin sangat meningkat sejak usia 15
minggu. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan, pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulakn kontraksi rahim.
3. Tanda-tanda Permulaan Persalinan
(Varney, H. 2007)
a. Lightening
atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigraviida. Pada multigravida tidak terlalu kentara.
b. Perut
kelihatan lebih melebar, fundus uteri menurun.
c. Adanya
perasaan sering kencing atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terendah janin.
d. Perasaan
sakit dipinggang dan diperut oleh adanya kontraksi- kontraksi lemah dari
uterus.
e. Seviks
menjadi lembek, dan mendatar serta sekresinya mendatar biasa tercampur darah (Bloody show).
4. Tanda-tanda Inpartu (Winkjosastro, H.
2007)
a. Penipisan
dan pembukaan serviks
b. Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit).
c. Cairan
lendir bercampur darah (bloody show)
melalui vagina
Adapun faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah
:
1) Kekuatan
mendorong janin (Power)
a) His/kontraksi
uterus
b) Kontraksi
otot-otot dinding perut
c) Kontraksi
diafragma pelvis
2) Faktor
janin (Passenger)
3) Jalan
lahir (Passege)
4) Psikologi
ibu
5) Implantasi
plasenta
5. Tahap-tahap Persalinan (Winjosastro, H.
2007)
a. Kala
Pembukaan (Kala I)
Dimulai
dari timbulnya kontraksi uterus atau his persalinan dengan adanya pengaruh
terhadap serviks uteri sampai dengan pembukaan lengkap (full dilatation)
kira-kira 10 cm.
Kala pembukaan di bagi atas 2 fase yaitu :
1) Fase
laten : di mana pembukaan serviks mulai berlangsung lambat, sampai pebukaan 3
cm berlangsung dalam 7-8 jam.
2) Fase
aktif : berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase yaitu
a)
Periode akselerasi yaitu berlangsung 2 jam,
pembukaan 3 cm, kemudian menjadi 4 cm.
b)
Periode dilatasi maksimal : dalam waktu 2
jam, pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
c)
Periode deselerasi : pembukaan menjadi lambat
kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjdi 10 cm atau lengkap
Primigravida : 6-18
jam (rata-rata 13 jam)
Multigravida : 2-10
jam (rata-rata 10 jam)
b. Kala
Pengeluaran (Kala II)
Di mulai sejak pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
1) Primipara : 1-2 jam (rata-rata 1 ½ jam)
2) Multipara : ½-1 jam (rata-rata 30 menit)
c. Kala
pelepasan dan pengeluaran plasenta (Kala III)
Dimulai
sejak bayi lahir sampai dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban yang
lengkap.
1) Primipara
: 5-30 menit (rata-rata 15 menti)
2) Multipara
: 5 -30 menit (rata-rata 15 menit)
d. Kala
Pengawasan (Kala IV)
Dimulai
sejak lahirnya plasenta dan selaput ketuban sampai keadaan ibu mulai stabil
yaitu 1-2 jam setelah persalinan berlangsung.
6. Mekanisme Persalinan (Manuaba.2008)
a. Turunnya
kepala janin
Yaitu
masuknya kepala janin dalam pintu atas panggul atau majunya kepala. Pada ibu
primigravida kepala sudah masuk ke pintu atas panggul minggu ke-36 sedangkan
pada ibu yang multigravida bersamaan dengan mulainya perslalinan. Penurunan diakibatkan
oleh kekuatan kontraksi rahim, kekuatan mengedan dari ibu dan gaya gravitasi.
b. Fleksi
Kepala
janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan menekuk (fleksi). Kekuatan his dan bentuk jalan lahir
meyebabkan terjadinya fleksi yaitu menempelnya dagu di dada janin.
c. Putaran
paksi dalam
Usaha
janin menyesuaikan kepala dengan jalan lahir sehingga titik putar (hipomoklion)
berada tepat di bawah symfisis pubis. Putaran paksi dalam terjadi karena factor
kepala janin dan faktor jalan lahir.
d. Ekstensi
Dengan
kekuatan his dan refleks mengejan, terjadi ekstensi kepala janin sehingga
berturut-turut lahir ubun-ubun, dahi, mulut dan dagu. Selanjutnya diikuti oleh
persalinan belakang kepala sehingga seluruh kepala janin dapat lahir.
e. Putaran
paksi luar
Setelah
kepala lahir, maka kepala meyesuaikan diri dengan punggung bayi.
f. Ekspulsi
(pengeluaran janin)
Setelah
rotasi luar bahu depan sampai di bawah symfisis dan menjadi hypomoclionnya
untuk kelahiran bahu belakang menyusul bahu depan dan selanjutnya seluruh badan
anak lahir sesuai kurva jalan lahir.
Gambar 1. Mekanisme Persalinan
B. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini
1. Pengertian Ketuban Pecah Dini
a. Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam
sebelum terjadi in partu.(Manuaba.2008)
b. Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sebelum ada
tanda- tanda persalinan, tanpa memperhatikan usia gestasi dan dapat terjadi
kapan saja dari 1-12 jam atau lebih.(Varney, H. 2007)
c.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan atau sebelum in partu, pada pembukaan < 4 cm
(fase laten) yang dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan.(Nugroho,T. 2010)
2. Etiologi Ketuban Pecah Dini (Saifuddin, A.B. 2010)
Walaupun banyak publikasi tentang Ketuban
Pecah Dini, namun penyebab sebelumnya belum diketahui dan tidak dapat di
tentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan Ketuban Pecah Dini, namun faktor mana yang lebih
berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor presdisposisi yaitu :
a.
Infeksi yang terjadi secara langsung pada
selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban
biasa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
b.
Serviks inkompeten, kanalis servikalis yang
selalu terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan dan kuretase).
Gambar 2.
Inkompetensi Leher Rahim
c.
Tekanan intra uterin yang meninggi atau
meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion
dan gemeli. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amniosintesis menyebabkan terjadinya Ketuban Pecah Dini karena biasanya
disertai infeksi.
d. Kelainan
letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu
atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian
bawah.
3. Faktor Lain Yang Mempengaruhi Ketuban
Pecah Dini (Nugroho,T. 2010)
a. Faktor
golongan darah akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
b. Faktor
disproporsi antara kepala janin dan panggul ibu (sevalo pelvic disproporsi).
c. Faktor
multi gravidatis, dimana pada kehamilan yang terlalu sering akan mempengaruhi
proses embryogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih tipis
yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda inpartu.
d. Defisiensi
gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C).
4. Diagnosa Ketuban Pecah Dini (Sujiyatini.
2009)
Menegakkan diagnosa Ketuban Pecah Dini
secara tepat sangat penting. karena diagnosa
yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi
terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya.
Sebaliknya diagnosa yang negative palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin
mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau
keduanya. Oleh karena itu, di perlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa
Ketuban Pecah Dini di tegakkan dengan cara :
a. Anamnesa
Penderita
merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba
dari jalan lahir. Cairan berbau khas dan perlu diperhatikan warna, keluarnya
cairan sebelum ada his atau his belum teratur dan belum ada pengeluran lendir
darah.
b. Inspeksi
Pengamatan
dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru
pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
c. Pemeriksaan
dengan speculum
Pemeriksaan
dengan speculum pada Ketuban Pecah Dini akan tampak keluar cairan dari
orifisium uteri eksternum (OUE), apabila belum juga tampak keluar maka fundus
uteri di tekan, penderita di minta batuk, mengejan atau mengadakan manuvover valsava
atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri
dan terkumpul pada forniks anterior.
d. Pemeriksaan
dalam
Didapat
cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai
pemeriksaan dalam vagina dengan toucher perlu di pertimbangkan, pada kehamilan
yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan
dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi
segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut
bisa dengan cepat menjadi pathogen. Pemeriksaan dalam vagina yang dilakukan apabila Ketuban Pecah Dini yang
sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan di batasi
sedikit mungkin.
e. Pemeriksaan
Penunjang Ketuban Pecah Dini
1) Pemeriksaan
Laboratorium
Cairan
yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan pH nya.
Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau
secret vagina.
a) Tes
lakmus (tes nitrazin) yaitu jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru gelap
jika kontak dengan bahan yang bersifat basa menunjukkan adanya air ketuban
(alkalis). pH air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu
b) Mikroskopik
(tes pakis) yaitu memasang speculum steril menggunakan kapas lidi untuk
mengumpulkan specimen, baik dari cairan vorniks vagina posterior maupun cairan
dari orifisium serviks karena lendir serviks juga berbentuk pakis, hapus
specimen pada objek mikroskop dan biarkan seluruhnya kering minimal 10 menit
kemudian lihat di bawah mikroskop untuk memeriksa pola pakis.
2) Pemeriksaan
ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan
ini di maksudkan untuk melihat jumlah
cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus ketuban pecah dini terlihat jumlah
cairan ketuban yang sedikit. (Nugroho, T. 2010)
5. Insidensi Ketuban Pecah Dini (Manuaba.
2008)
Insidensi Ketuban Pecah Dini berkisar antara 5-10 % dari semua kelahiran .
Hal yang menguntungkan dari angka
kejadian Ketuban Pecah Dini yang
dilaporkan, bahwa lebih banyak terjadi pada kehamilan cukup bulan dari pada
kurang bulan, yang bekisar 70 % sedangkan pada kehamilan kurang bulan terjadi
sekitar 30 %.
6. Komplikasi Pada Ketuban Pecah Dini
(Nugroho, T. 2010)
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban
Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan yaitu :
a. Infeksi
intrauterine
b. Persalinan
prematuritas
c. Keluarnya
tali pusat (prolaps tali pusat)
d. Hipoksia
dan asifiksia
7.
Patofisiologi
Ketuban Pecah Dini (Sujiyatini. 2009)
Mekanisme
terjadinya Ketuban Pecah Dini yaitu :
a. Terjadinya
pembukaan premature serviks
b. Membrane
terkait dengan pembukaan terjadi :
1) Devaskularisasi
2) Nekrosis
dan dapat diikuti pecah spontan
3) Jaringan
ikat yang menyanggah membrane ketuban makin berkurang
4) Melemahnya
daya tahan ketuban di percepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim
proteolitik dan enzim kolagenase.
(Manuaba. 2008)
8.
Penanganan
Ketuban Pecah Dini (Saifuddin, A.B.
2010)
a. Konservatif
1) Rawat
di rumah sakit dengan tirah baring.
2) Berikan
antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
3) Jika
umur kehamilan < 32-34 minggu, di rawat selama air ketuban masih keluar atau
sampai air ketuban tidak lagi keluar.
4) Jika
usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu tidak ada infeksi, tes busa negative
berikan dexametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada umur kehamilan 37 minggu.
5) Jika
usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), dexametason,
dan induksi sesudah 24 jam.
6) Jika
usia kehamilan 32-37 minggu ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi,
nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterine).
7) Pada
usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru
janin, dan bila memungkinkan periksa
kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 minggu sehari
dosis tunggal selama 2 hari, dexametason I.M 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
b. Aktif
1) Kehamilan
> 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea dapat pula di berikan misoprostol 25-50 mg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2) Bila
ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri
jika :
a) Bila
skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b) Bila
skor pelvic > 5, induksi persalinan.
C. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan
logis untuk pengabilan keputusan yang berfokus pada klien.(Simatupang, E. J.
2008)
2. Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan
Proses menejemen asuhan kebidanan adalah
suatu proses pemecahan masalah dalam kebidanan menggunakan metode
pengorganisasian alur pikir dan tindakan yang akan di lakukan dimana pemikiran
atau tindakan tersebut bersifat logis, bukan saja oleh pelaksanan kesehatan
akan tetapi juga kepada klien sebagai objek dari proses menejemen asuhan
kebidanan tersebut. (Soepardan, S. 2007)
Proses manajemen kebidanan tersebut
terdiri dari langkah- langkah sebagai berikut ;
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Langkah
pertama merupakan awal yang akan menentukan langkah berikutnya.
Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien/orang yang menerima asuhan. Kegiatan pengumpulan
data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama
proses asuhan kebidanan berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai
sumber. Sumber data memberikan informasi paling akurat dan ekonomis,disebut
sumber data primer.
b. Langkah II : Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Pada
langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah
dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atau data-data yang
dikumpulkan data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosis
keduanya di gunakan karena seberapa masalah tidak dapat di selesaikan seperti
diagnosis, tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang di tuangkan ke dalam
sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah yang sering berkaitan dengan
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan masalah ini sering
menyertai diagnosis.
c. Langkah III : Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi
masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien,bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
d. Langkah IV : Evaluasi Perlunya Tindakan Segera Kolaborasi
Beberapa data menunjukkan situasi
emergensi dimana bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi. Beberapa
data menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan secara kolaborasi langkah ini
menunjukkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan
hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus. Misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan.
e. Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang
menyeluruh ditentukan oleh langkah sebelumnya langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnose atau masalah yang telah diidentifikasi atau
antisipasi. Dilakukan suatu perencanaan supaya apa yang akan kita kerjakan
terarah,dilakukan pola fikir dengan langkah sebagai berikut tentukan tujuan
tindakan yang dilakukan yang berisi tentang sasaran/target dan hasil yang akan
dicapai,selanjutnya ditentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah/diagnosa
dan tujuan yang akan dicapai.
f. Langkah VI : Implementasi Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini rencana asuhan yang
menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah V dilaksanakan secara
efesien dan aman. Perencanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dilakukan oleh bidan sebagian oleh klien,atau anggota tim kesehatan
lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (memastikan agar langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana).
g. Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
di identifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Manajemen kebidanan ini merupakan suatu
kontinyu, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuahan yang tidak
efektif melalui proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada
rencana asuhan berikutnya.
3.
Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan (SOAP)
a. Pengertian Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan tentang
interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan
yang mencatat tentang hasil pemeriksaan, prosedur pengobatan pada pasien, dan
pendidikan kepada pasien serta respon pasien terhadap semua kegiatan yang telah
dilakukan.
Ada lima metode pendokumentasian dan
format pencatatan pelaporan yaitu ;
1) Pencatatan perkembangan secara narasi
2) Pencatatan berorientasi pada masalah
3) Problem, intervensi, dan evaluasi
4) Format pencatatan berdasarkan focus permasalahan
5) Pencatatan berdasarkan masalah atau abnormalitas
Pendokumentasian asuhan yang
telah dilakukan harus dicatat secara benar, jelas, singkat dan logis dalam
suatu metode pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu :
Subjektif (S) :Menggambarkan pendokumentasian
hasil pengumpulan data dasar klien
melalui anamnesa.
Objektif (O) :Menggambarkan pendokumentasian
hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan tes diagnostik lain yang merumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan kebidanan.
Assesment (A) :Menggambarkan pendokumentasian hasil
analisis dan interpretasi data subjektif dan obkektif.
Planning (P) :Menggambarkan pendokumentasian dan tindakan serta evaluasi
perencanaan.
7
Langkah (varney)
|
5
Langkah (Kompetensi Bidan)
|
|
CATATAN
SOAP
|
Data
|
Data
|
|
Subjektif
Objektif
|
Masalah/Diagnosa
|
Assesment/
Diagnosis
|
|
Asasment/
Diagnosa
|
Antisipasi masalah potensial/Diagnosa lain
|
|
||
Menetapkan kebutuhan Segera untuk
Konsultasi, Kolaborasi
|
|
Rencana:
Ø Konsul
Ø Tes
Diagnosik/Lab
Ø Rujukan
Ø Pendidikan/
Konseling
|
|
Perencananaan
|
Perencanaan
|
|
|
Implementasi
|
Implementasi
|
|
|
Evaluasi
|
Evaluasi
|
|
Gambar 3. Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan
(Sumber : Varney, H. 2007)
BAB
III
STUDI
KASUS
Pada
bab ini, penulis membahas tentang asuhan yang akan di berikan kepada Ny ”S”
berdasarkan teori dan asuhan nyata dengan pendekatan proses manajemen kebidanan
yang menggunakan langkah Varney yang di lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah
Syekh Yusuf Gowa melalui tahap-tahap berikut dari tanggal 30 Juni s.d 02 Juli
2011.
No. Register :
24 84 98
Tanggal Masuk RS. : 30 Juni 2011, pada pukul 10.20 wita
Tanggal Partus : 30 Juni 2011, pada pukul 15.10 wita
Tanggal Pengakajian : 30 Juni 2011, pada pukul 10.20 wita
KALA
I
A.
LANGKAH
I. IDENTIFIKASI DATA DASAR
1.
Identitas Istri/Suami
Nama : Ny “S”/Tn “B”
Umur : 36 tahun/40 tahun
Nikah/Lamanya : 1 kali/± 9 tahun
Suku : Bugis/Makassar
Agama : Islam/Islam
Pendidikan : SMA/SD
Pekerjaan : IRT/Buru Harian
Alamat : Campagayya
2.
Data Biologis
Keluhan
: Ibu mengatakan ada pengeluaran air ± 2 sarung dirumah dan dirasakan sejak
tanggal 30 Juni 2011, pada pukul 08.05
wita
3.
Riwayat Kehamilan Sekarang
a. G IV
PIII Ao.
b. HPHT
tanggal 5 Oktober 2010.
c. Umur
kehamilan 38 minggu 2 hari.
d. Ibu mengatakan
ini kehamilan yang ke empat, dan tidak pernah mengalami keguguran.
e. Ibu
sudah mendapatkan suntikan imunisasi Tetanus Toxoid sebanyak 2 kali di RSUD.
Syekh Yusuf Gowa.
f. Ibu
mengatakan pergerakan janinnya kuat di sebelah kiri dan mulai di rasakan pada
bulan Maret 2011.
g. Ibu
memeriksakan kehamilannya secara teratur, sebanyak 6 kali di Rumah Sakit Umum
Daerah Syekh Yusuf Gowa.
h. Ibu
mengatakan selama hamil mengkonsumsi obat-obatan tablet Fe, dan Vitamin yang
diberikan oleh petugas kesehatan.
4.
Riwayat Reproduksi
a. Menarche
umur 12 tahun
b. Siklus
haid 28-30 hari
c. Durasi
haid 5-7 hari
Jika boleh, minta d kirim soft copy KTI KPD, boleh gak? kirim email aza...
BalasHapusKTI Ketuban Pecah Dini
BalasHapus